Rabu, 14 Januari 2009

Isu Kiamat Tahun 2012 yang Meresahkan


Di internet saat ini tengah dibanjiri tulisan yang membahas prediksi suku Maya yang pernah hidup di selatan Meksiko atau Guatemala tentang kiamat yang bakal terjadi pada 21 Desember 2012.

Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.

Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang S Tedjasukmana, fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975.

Dijelaskan, Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik.

Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. ”Karena gangguan magnet Bumi, pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti,” ujar Sri.

Langkah antisipatif

Dari Matahari, miliaran partikel elektron sampai ke lapisan ionosfer Bumi dalam waktu empat hari, jelas Jiyo Harjosuwito, Kepala Kelompok Peneliti Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio. Dampak dari serbuan partikel elektron itu di kutub magnet Bumi berlangsung selama beberapa hari. Selama waktu itu dapat dilakukan langkah antisipatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Mengantisipasi munculnya badai antariksa itu, lanjut Bambang, Lapan tengah membangun pusat sistem pemantau cuaca antariksa terpadu di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Bandung. Obyek yang dipantau antara lain lapisan ionosfer dan geomagnetik, serta gelombang radio. Sistem ini akan beroperasi penuh pada Januari 2009 mendatang.

Langkah antisipatif yang telah dilakukan Lapan adalah menghubungi pihak-pihak yang mungkin akan terkena dampak dari munculnya badai antariksa, yaitu Dephankam, TNI, Dephub, PLN, dan Depkominfo, serta pemerintah daerah. Saat ini pelatihan bagi aparat pemda yang mengoperasikan radio HF telah dilakukan sejak lama, kini telah ada sekitar 500 orang yang terlatih menghadapi gangguan sinyal radio.

Bambang mengimbau PLN agar melakukan langkah antisipatif dengan melakukan pemadaman sistem kelistrikan agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk. Untuk itu, sosialisasi harus dilakukan pada masyarakat bila langkah itu akan diambil.

Selain itu, penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi hendaknya menggunakan sistem manual ketika badai antariksa terjadi, dalam memandu tinggal landas atau pendaratan pesawat terbang.

Perubahan densitas elektron akibat cuaca antariksa, jelas peneliti dari PPSA Lapan, Effendi, dapat mengubah kecepatan gelombang radio ketika melewati ionosfer sehingga menimbulkan delai propagasi pada sinyal GPS.

Perubahan ini mengakibatkan penyimpangan pada penentuan jarak dan posisi. Selain itu, komponen mikroelektronika pada satelit navigasi dan komunikasi akan mengalami kerusakan sehingga mengalami percepatan masa pakai, sehingga bisa tak berfungsi lagi.

Saat ini Lapan telah mengembangkan pemodelan perencanaan penggunaan frekuensi untuk menghadapi gangguan tersebut untuk komunikasi radio HF. ”Saat ini tengah dipersiapkan pemodelan yang sama untuk bidang navigasi,” tutur Bambang.


Yuni Ikawati
Sumber : Kompas Cetak

Read More.. Read more...

Ramalan Indonesia akan mengalami kerusakan besar di tahun 2012

Terdapat ramalan-ramalan bahwa Indonesia akan mengalami kerusakan besar antara tahun 2012-2022, sebagai contoh : (1) Ramalan mama Loren yang menyebutkan bahwa penduduk Indonesia akan hanya tinggal 60% dari sekarang (tanpa menyebutkan alasannya kenapa). (2) Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) memperkirakan hutan alam di Sulawesi, Kalimantan, Sumatera akan punah, dan juga di Jawa akan menyusul. (3) Berdasarkan hal tersebut juga PBB melalui UNEP menyebutkan bahwa Orang Utan pun akan punah pada tahun tersebut.

Mungkin cukup ramala-ramalan diatas sebagai bahan pertimbangan penulisan ini, hal tersebut semuanya berpangkal tidak lebih atas masalah bisnis semata atau dikenal dengan istilah “uang“. Peningkatan permintaan akan pasokan kayu, kelapa sawit, dan kayu murah (ilegal), komoditi tambang memberikan kesempatan yang tidak dilewatkan oleh pihak-pihak Indonesia untuk mengguduli hutan Indonesia, dan lebih parahnya lagi penebangan ilegal menyerobot lahan hutan konservasi bagi hewan-hewan terancam punah di Indonesia. Berdasarkan pernyataan “Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Longgena Ginting mengatakan kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3,8 juta hektar setahun. Ini berarti semenit 7,2 hektar yang rusak” (sumber: www.tempointeraktif.com).

Berbekalkan apa yang terjadi di Indonesia :

- Penebangan hutan yang terlalu cepat. Sudah dipastikan bahwa hal ini menyebabkan kurangnya cadangan air bersih, meningginya permukaan air laut, dan kerusakan lingkungan masyarakat sekitar hutan yang telah terjadi di Indonesia.

- Eksploitasi bahan tambang. hal ini menyebabkan kerusakan lingkungan, khususnya hutan-hutan dan sungai disekitar penambangan, belum lagi penambangan ilegal yang sering menggunakan mercury sebagai zat pemisah logam yang murah namun merusak lingkungan dan meracuni penduduk.

- Eksploitasi sumber daya laut (terutama pencurian ikan). Di Indonesia terjadi banyak pencurian ikan, namun pemerintah kita sering menutup mata. Baru-baru ini saya sering melihat pembantaian ikan hiu bahkan baby-shark (bayi hiu) yang menjadi santapan lezat dikawasan pantai jakarta. Apa hubungan Hiu dengan kerusakan lingkungan? Dengan berkurangnya hiu, maka predator ikan-ikan kecil akan bertambah banyak, dan hal ini dapat meningkatkan meningkatnya jumlah alga hijau yang dapat menutupi terumbu-terumbu karang yang mengakibatkan matinya terumbu-terumbu karang. Pencurian ikan terlihat tidak berdampak besar, namun jika kita tahu bahwa sekali jaring raksasa sitebar ikan yang dicuri dapat berkisar 400 ton lebih. Selain itu pencuri ikan yang jauh-jauh datang ke Indonesia tidak akan menggunakan jaring kecil, namun bisa menggunakan jaring yang sampai ke dasar laut, hal itu dapat merusak kehidupan karang dan ikan-ikan di laut dalam Indonesia.

- Pencemaran lingkungan. Pencemaran Industri dan limbah publik menyebabkan kadar CO2 yang mengendap di lapisan Ozon meningkat dan susu serta cuaca di Indonesia semakin tidak terkendali, sudah tidak ada lagi musim hujan atau kemarau yang dapat dikendalikan menggunakan kalender di Indonesia.

- Lokasi Indonesia yang berada di pinggiran lempeng bumi (Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Eurasia). Dalam hal ini Indonesia mengalami kerugian selain keuntungan, yaitu menjadi wilayah yang sangat rentan terhadap gempa yang dapat berakibat fatal bagi negara ini.

Selain itu pengaruh uncontrolable dari luar:

- Pemanasan global akibat kadar CO2 yang berlebihan sehingga menyerap panas yang dipantulkan bumi, maka semakin hari iklim semakin panas dan permukaan laut semakin naik. (permukaan Indonesia yang terdiri dari kepulauan kecil tidak menguntungkan).

- Baru-baru ini diketahui bahwa pencemaran khususnya gas (CO2) dapat berpindah dari negara-kenegara hanya dalam hitungan hari yang berbentuk awan coklat, sehingga Indonesia bisa saja terkena imbas dari Industrialisasi yang cepat dari Cina yang membawa limbah gas akibat pembakaran batubara ke Indonesia (sumber: Discovery Channel).

Maka berbekalkan pernyataan diatas saya dapat meniru mama Loren untuk mengatakan bahwa akan terjadi kerusakan besar di Indonesia antara tahun 2010-2020, tanpa ada maksud apapun atas pernyataan tersebut.

Read More.. Read more...
VibrantVitalities.com

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP